Minggu, 24 November 2013

Al-Qur’an Sumber Energi Maha Dahsyat Yang Tak Terbatas





Ada beberapa alasan yang membuat kami yakin bahwa Al-Qur’an mengandung potensi energi yang sangat luar biasa, diantaranya; 
1.       Hukum Kekekalan & Tajassud Al-A’mal sebagai manifestasi hukum kekekalan energi. Selama ini kita memahami bahwa energi itu tidak pernah musnah, namun ia hanya berubah-rubah bentuk saja. Dari energi gerak, misalnya, menjadi energi listrik lalu menjadi energi cahaya dan seterusnya. Singkatnya, energi tidak pernah musnah. Pemahaman tentang hukum kekekalan energi sudah menjadi keyakinan yang tak terbantahkan. Akan tetapi, sebenarnya bukan hanya energi yang tidak pernah musnah, namun semua amal manusia yang dilakukan oleh manusia, baik itu amalan positif atau negatif, keduanya akan tetap terjaga pada mekanisme sistem yang telah diciptakan Allah. Banyak ayat yang menjelaskan keyakinan ini, seperti pada firman-Nya:
          “dan apa yang mereka lakukan akan hadir” (Al-Kahfi: 39).
          Agar lebih jelas, Anda dapat membaca penjelasan saya pada buku seri Qur’anic Power I  dengan judul Qur’anic Power:Konsep Juz berbasis Hitungan”, pada bab II tentang landasan Filosofis Konsep Juz berbasis Hitungan.

2.       Ayat-Ayat Al-Qur’an yang menunjukkan pengertian bahwa Al-Qur’an memiliki energi yang sangat luar biasa. Perhatikanlah beberapa ayat berikut;
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncang-kan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, tentu Al-Qur’an itulah dia. (13 : 31).
Apa yang dapat kita simpulkan dari firman Allah diatas adalah bahwa jika ada bacaan yang mampu menggoncangkan gunung, membuat bumi terbelah serta orang mati dapat berbicara maka bacaan itu adalah Al-Qur’an. Apakah salah jika ayat tersebut dipahami bahwa Al-Qur’an memiliki kekuatan dahsyat atau supranatural sehingga gunungpun dapat digoncangkan dengan Al-Qur’an, bumipun dapat dibelah serta orang mati dapat bangkit hidup kembali karena bacaan Al-Qur’an? Atau adakah makna lain padahal ayat tersebut maknanya sudah sangat begitu jelas?
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (59 : 21)
Firman Allah diatas jelas menegaskan bahwa ada kekuatan atau energi yang maha dahsyat pada Al-Qur’an, yang mana jika ia diturunkan pada sebuah gunung maka gunung tersebut akan hancur karena takutnya kepada Allah. Apakah pengertian tersebut salah atau menyimpang, padahal sudah sangat jelas firman-Nya seperti itu. Bukankah apa yang disampaikan Allah pada ayat tersebut menunjukkan adanya potensi energi supranatural pada Al-Qur’an yang sangat dahsyat?
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (17 : 82)
Ayat diatas menjelaskan ada energi syifa (penyembuh) pada Al-Qur’an. Memang semua Ulama mengakui akan adanya kekuatan penyembuh pada Al-Qur’an, namun diantara mereka (sekelompok kecil ulama) menolak atau agak ragu jika Al-Qur’an dapat menyembuhkan semua penyakit fisik. Bagi mereka, Al-Qur’an hanya memiliki efek syifa (penyembuh) untuk penyakit batin.
Kami yang mengusung Konsep Juz berbasis Hitungan, sangat yakin bahwa kemampuan syifa yang dimiliki Al-Qur’an untuk penyakit lahir dan batin. Mengapa? Bukankah semua penyakit fisik diakui secara medis bersumber dari penyakit batin? Lalu, mengapa kita harus menolak kemampuan Al-Qur’an untuk menyembuhkan penyakit lahir, sementara sumber penyakitnya saja, yaitu batin dapat disembuhkan oleh Al-Qur’an. Lalu, bukankah penyakit batin lebih sulit daripada penyakit fisik? Lalu, mengapa kita harus ragu bahwa Al-Qur’an mampu menyembuhkan penyakit fisik? Bukankah penyakit batin yang lebih berat dari penyakit fisik saja dapat disembuhkan, lalu mengapa kita harus ragu jika penyakit yang lebih ringan dapat disembuhkan oleh Al-Qur’an? Lagi, mengapa kita ragu pada Al-Qur’an yang merupakan mukjizat abadi, yang mana mukjizatnya dapat kita saksikan karena keabadiannya? Bukankah makna mukjizat adalah sesuatu yang ajaib dan mengagumkan ? Jika Al-Qur’an hanya bisa membuat batin tenang serta menyembuhkan penyakit batin semata maka itu adalah hal yang lumrah, karena memang itu urusan ritual atau spiritual yang akan membuat tenang batin manusia. Baru kita dapat katakan keajaiban yang mencengangkan jika Al-Qur’an dapat menyembuh-kan penyakit fisik seperti kanker, tumor, jantung dan sebagainya. Dengan demikian, sangat sulit rasanya untuk menerima keyakinan bahwa al-Qur’an hanya memiliki kemampuan menyembuhkan untuk penyakit fisik semata.
Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni’mat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesung-guhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (27 : 38 - 40)
Ada prinsip untuk memahami Al-Qur’an bahwa pada setiap kisah yang terdapat di dalam Al-Qur’an mengandung pelajaran atau istinbath hukum yang bisa diraih. Begitu pula pada kisah tersebut. Apa yang hendak Anda katakan, bukankah dengan mudah kita dapat menyimpulkan bahwa memang ada potensi supranatural pada Kitab Allah yang kekuatannya mengalahkan kekuatan potensi yang dimiliki Jin. Selain itu, kisah tersebut membuktikan bukan hanya ada potensi supranatural pada Kitab Allah juga boleh hukumnya untuk memberdayakannya untuk tujuan positip.
Perhatikanlah apa yang dilakukan Nabi Sulaiman setelah singgasana Ratu Bulqis tersebut ada dihadapan-nya. Kita ketahui bahwa Nabi Sulaiman mensyukuri atas karunia tersebut. Beliau memandangnya sebagai bentuk nikmat dari Allah yang harus disikapi dengan rasa syukur. Jelas, apa yang dilakukan Nabi Sulaiman menunjukkan bahwa memberdayakan kekuatan potensi kitab Allah selain mungkin juga diperbolehkan oleh ajaran Tauhid. Bahkan, oleh beliau dipandang sebagai salah satu bentuk nikmat dari Allah. Jika pada kisah-kisah yang tertulis dalam al-Qur’an terdapat kekeliruan, maka Al-Qur’an akan segera memberikan penjelasan, kritik, kecaman atau teguran. Akan tetapi pada surat tersebut justru Nabi Sulaiman memberikan kesempatan kepada para pembesarnya untuk memberdayakan potensi Kitab Allah dan beliau menikmatinya dengan rasa syukur kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar